Pusat Jajan Mulai Hidupkan Kota Tua

Jumat, 08 Januari 2010


Pusat Jajan Mulai Hidupkan Kota Tua

Jumat, 8 Januari 2010 | 10:33 WIB

SEJAK medio Oktober tahun lalu, pengunjung kawasan Kota Tua tak perlu bingung memilih tempat istirahat sekaligus mengisi perut dan melepas dahaga. Seorang muda belia memberi alternatif lain bagi pengunjung dengan membuka tempat makan minum yang diberi nama Gazebo Cafe di Jalan Kunir. Pemandangan dari jalan masuk ke tempat ini langsung lurus ke Stasiun Jakarta Kota, tempat ini juga hanya selemparan batu dari Taman Fatahillah dan Kalibesar.

Hal ini tentu menguntungkan bagi citra Kota Tua dan pemerintah terkait, kenapa? Karena turis mancanegara jadi punya pilihan untuk urusan minum dan makan serta, maaf, buang air kecil. Seperti diketahui khalayak umum yang sudah sering singgah ke kawasan wisata ini, tiga hal yang saya sebutkan di atas masih saja jadi masalah. Apalagi jika Anda dengar berapa harga yang ditagih pedagang kaki lima penjual air dalam kemasan pada turis asing yang kepanasan dan kehausan, Rp 50.000 bahkan bisa Rp 100.000. Edan.

Semakin banyak usaha berkembang di kawasan ini, tentu membantu pemerintah juga. Menghidupkan kawasan, membuka lapangan kerja pada warga sekitar, yang pada akhirnya menyejahterakan kawasan, seperti yang dilakukan Marshall Pribadi si pemilik Gazebo Cafe. Usia muda tak membuat mahasiswa jurusan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia ini gentar. Tanah milik kakeknya, kemudian ayahnya, yang pernah jadi gudang Mazda 1950-an hingga Soekarno dijatuhkan Soeharto kini jadi pusat jajan.

"Sebelum ini, kami sudah siap bikin hotel, Museum Stay tapi investornya batalin. Itu sudah kami bicarakan dan sudah dapat lampu hijau sejak sekitar tahun 2006- 2007 bahwa di sini akan dibangun hotel 9 lantai," tutur Marshall saat Warta Kota mencoba menikmati siang menjelang sore di Gazebo Cafe. Lepas dari urusan hotel, kemudian ia banting stir menghidupkan lahan itu. Maret nanti, pengunjung bisa masuk dari Jalan Cengkeh dan Jalan Kunir. Bisa seharian, semalaman di situ, bisa belajar biliar, bisa pijat refleksi, belanja suvenir Kota Tua sambil menikmati makanan khas, makanan legendaris Jakarta dan daerah.

Lantas, sudahkah pemerintah lokal bahkan Pemprov DKI mengetahui keberadaan pengusaha yang berani membuka usaha di kawasan yang bagi banyak orang masih "tak jelas" itu? Jangan sampai ada Kafe Galangan ke-dua, yang kini malah makin terbenam -untungnya ada Walikota Jakarta Utara yang cergas membuat destinasi pesisir, semoga tak sekadar jadi iklan destinasi.

Begini saja, bagi pejabat DKI yang belum pernah ke kawasan Kota Tua dan belum pernah ke pusat jajan ini, sekali-sekali baiklah mencoba. Jalan kaki, ya. Rasakan bagaimana sulitnya menyeberang dari taman pembatas jalan di Jalan Kunir ke pintu masuk Gazebo Cafe. Nah, baiknya ada dukungan dari pemerintah, dalam hal ini sistem penyeberangan layaknya di Jalan Medan Merdeka Selatan. Calon penyeberang tinggal pencet dan tunggu sampai lampu hijau menyala dan orang bisa menyeberang dengan aman. Mungkin sistem itu harusnya tak hanya di titik itu tapi di banyak titik di Kota Tua, seperti di Jalan Bank di mana orang, seringkali turis asing, dari arah Asemka yang akan memasuki kawasan Kota Tua harus gemetar menyeberang di belokan. Demikian orang turun dari kereta api menuju Jalan Lada perlu tenaga dan keberanian untuk bisa sampai ke tempat tujuan, kawasan Kota Tua. Semoga harapan ini tak terus menerus menjadi harapan yang harus dituliskan sekian puluh kali. Selamat mencoba...

Okezone.com

Posting Komentar

Design by Pocket

Template Brought by :

blogger templates