TUGAS MINGGU KEDUA

Jumat, 26 Februari 2010


Banjir Di Kabupaten/kota Mojokerto dan Sekitarnya


Pada hari Jum'at Belasan desa di delapan kecamatan di wilayah Mojokerto, Jawa Timur, terendam banjir hingga satu meter. Air menggenangi permukiman di tiga kelurahan, yakni Kranggan, Surodinawan, dan Miji.

Belasan desa di Kecamatan Sooko, Puri, Mojoanyar, Trowulan, dan Bangsal serta Kecamatan Pungging pun terendam. Diperkirakan, hingga kini masih ada sekitar 15 desa di delapan kecamatan yang terendam banjir.

Menurut warga Kelurahan Kranggan, selain curah hujan tinggi, banjir juga disebabkan luapan air Sungai Sadar. Adapun sebagian warga sejak semalam mulai mengemasi barang-barang untuk mengungsi ke tempat yang kering. Petugas Pemerintah Kabupaten Mojokerto pun segera mengevakuasi korban banjir sembari terus memantau ketinggian air.


PENANGGUNGANNYA


Untuk mengantisipasi banjir yang sering melanda Kabupaten/Kota Mojokerto, pemerintah kedua daerah itu sepakat membentuk tim gabungan yang bertugas memetakan potensi banjir, antisipasi serta mencari solusi.

Tim tersebut merupakan gabungan Dinas PU, Badan Perencanaan Daerah, dan DPRD, khususnya komisi yang menangani bidang pembangunan. “Saat ini masih dalam tahap pembentukan tim, ke depan kita akan petakan masing-masing potensi yang bisa menimbulkan banjir, dari hulu ke hilir,”

Di tempat terpisah, Kepala Bapeko Mojokerto Drs Imam Sampoerno MSi menjelaskan tim tersebut memang sepantasnya dibentuk, karena persoalan banjir yang terjadi di Kota Mojokerto, tidak lepas dari wilayah sekitarnya, terutama Kabupaten Mojokerto. “Kita ingat peristiwa banjir bandang tahun 2003 lalu, yang paling terkena dampaknya adalah warga Kota Mojokerto, lebih dari separo wilayah kota tenggelam. Padahal, sumber airnya dari wilayah Kabupaten Mojokerto,”

Karena itu, penanganan banjir tidak bisa dipilah antara Kabupaten dan Kota Mojokerto. Dikatakan Imam, untuk masalah hilir seperti sarana infrastruktur drainase perlu mendapatkan perhatian. Yakni, pembuangan air yang berpotensi menyebabkan banjir. “Kita lihat Kali Sadar yang melewati wilayah Mojokerto, baik kabupaten maupun kota. Untuk di kota sudah kita plengseng, kita tanggul, sementara pada daerah hilirnya kan terjadi pendangkalan, sehingga arus air tidak bisa langsung lepas dan mengalir deras ketika debit meningkat,” katanya.

Kendala lain, soal Kali Sadar yang saat ini menjadi satu-satunya pembuangan air dan menjadi sarana pengirim banjir dari wilayah Kabupaten Mojokerto, ternyata pada daerah hilirnya juga dimanfaatkan untuk irigasi atau pengairan. “Padahal dua fungsi itu, yakni irigasi dan pengairan, memiliki kontradiksi. Hal ini harus dipecahkan,” kata Imam lagi.

Apakah ini berarti pemkot menyalahkan kabupaten selaku “pengirim” banjir ke wilayah kota? “Bukan begitu, ini masalah bersama yang harus diselesaikan bersama pula,” katanya.

Rencananya, apabila pemetaan wilayah serta solusi untuk mengatasi banjir kedua wilayah ini sudah didapatkan, tim akan berkoordinasi dengan Pemprov Jatim. Sehingga anggaran yang dibutuhkan untuk mengatasinya tidak lagi berasal dari APBD kabupaten atau kota saja. “Ini yang sudah menyangkut antar wilayah, sehingga penanganannya juga harus level yang lebih tinggi, yakni pemprov,” kata Imam.

Namun, diakuinya, hal ini tidak bisa serta merta diusulkan pada tahun anggaran 2010 ini. Karena APBD baik di Pemkab dan Pemkot Mojokerto maupun Pemprov Jatim sudah disahkan. “Kita harapkan hasil usulan tim gabungan ini bisa diakomodir Pemprov Jatim pada APBD 2011 mendatang,”

0 komentar: to “ TUGAS MINGGU KEDUA

Posting Komentar

Design by Pocket

Template Brought by :

blogger templates